LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG
DI PUSKESMAS TAPA
TANGGAL 1 SEPTEMBER – 30 SEPTEMBER 2014
|
OLEH
ZIA UL HAQ KUNUTI
811 411 010

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014
LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG
DI PUSKESMAS TAPA KECAMATAN TAPA
GAMBARAN GAYA HIDUP
MASYARAKAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TAPA
TAHUN 2014
|
Disusun Oleh
ZIA
UL HAQ KUNUTI
NIM
:811 411 010
Telah disahkan dan diterima
dengan baik oleh :
Dosen
Pembimbing Pembimbing Instansi
Dr. Sunarto Kadir Drs, M.Kes Selvi
Pambi
NIP : 19660918 1992031 1 002 NIP :1979083020 201101 2 002
Kepala Puskesmas Tapa
Yusri
R.Halada, S.Km M.Kes
NIP
: 19710701 2000031 1 008
Mengetahui,
Ketua Pengelola Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Ekawaty
Prasetya, S.Si, M.Kes
NIP
: 19810227 200812 2 001
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan
Magang di Puskesmas Tapa berjudul “Gambaran Gaya
Hidup Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Tapa Tahun 2014”.
Laporan
pelaksanaan magang ini merupakan bentuk pertanggung jawaban dari seluruh
rangkaian pelaksanaan magang selama empat minggu di lapangan. Pelaksanaan
magang ini merupakan kegiatan akademik wajib bagi mahasiswa Jurusan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri
Gorontalo. Adapun instansi yang merupakan tempat magang dari penulis adalah Puskesmas
Tapa Kecamatan Tapa.
Penyusunan
laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari
berbagai pihak. Untuk itu dengan
penuh kerendahan hati dan rasa hormat,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Rani Hiola, M.Kes selaku Dekan
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo;
2.
Bapak Ramly Abudi, S.Psi, M.Kes selaku Ketua
Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas
Negeri Gorontalo;
3.
Ibu
Ekawaty Prasetya, S.Si, M.Kes selaku Ketua Pengelola Magang Jurusan
Kesehatan
Masyarakat;
4.
Bapak Yusri R. Halada S.km,M.Kes selaku Kepala
Puskesmas Tapa beserta seluruh Staf
Puskesmas Tapa;
5.
Ibu Selvi Pambi selaku Pembimbing Instansi yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan
dan saran dalam pelaksanaan magang;
6.
Bapak Dr.Sunarto Kadir,Drs, M.Kes selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan saran dalam
pelaksanaan magang;
7.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, yang turut menyukseskan
pelaksanaan magang di Puskesmas Tapa dan
penyusunan laporan ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis akan memperoleh balasan dari Allah SWT. Aamiin...
Penulis senantiasa menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan laporan ini. Harapan penulis kiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Aamiin...
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Gorontalo, September 2014
Penulis
Zia Ul
Haq Kunuti
Daftar Isi
HALAMAN
PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI..........................................................................................................
iv
DAFTAR
TABEL..................................................................................................
vi
BAB I..... PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Magang.......................................................................................... 3
1.2.1
Tujuan Umum.................................................................................. 3
1.2.2
Tujuan Khusus............................................................................... 3
1.3 Manfaat Magang........................................................................................ 4
1.3.1 Manfaat bagi mahasiswa................................................................... 4
1.3.2 Manfaat bagi instansi........................................................................ 4
1.3.3 Manfaat bagiprogram studi............................................................... 4
BAB II... TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Diabetes Militus
………………….......................................... 6
2.2 Etiologi diabetes Militus............................................................................ 6
2.2.1 DM Tipe I (IDDM : DM
Tergantung Insulin).................................. 6
2.2.2 DM Tipe II (DM tidak
tergantung Insulin+NIDDM)...................... 7
2.2.3 DM MAlnutrisi................................................................................. 7
2.2.4 DM tipe Lain .................................................................................... 7
2.3 Maifestasi Klinis........................................................................................ 8
2.4 Patofisiologi dan Komplikasi..................................................................... 9
2.4.1 Diabetik Ketoasedosis
(DKA).......................................................... 9
2.4.2 Koma Hiperosolar
Nonketotik (KHHN).......................................... 9
2.4.3 Hipoglikemia .................................................................................... 10
2.5 Gejala Diabetes Melitus............................................................................. 11
2.6 Pencegahan Diabetes Melitus ................................................................... 11
2.6.1 Pencegahan Primodial ...................................................................... 12
2.6.2 Pencegahan Primer ........................................................................... 12
2.6.3 Pencegahan Sekunder ...................................................................... 14
2.6.4 Pencegahan Tersier ........................................................................... 15
BAB III.. METODE KEGIATAN MAGANG
3.1 Lokasi dan waktu magang......................................................................... 16
3.2 Tahapan Kegiatan Magang........................................................................ 16
3.3 Metode Pelaksanaan Magang.................................................................... 16
BAB IV.. HASIL PROGRAM MAGANG
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Tapa
4.1.1
Gambaran
Geografis dan Batas Wilayah....................................... 18
4.1.2
Demografi...................................................................................... 18
4.1.3 VisidanMisi
.................................................................................. 19
4.1.4 10
Penyakit Menonjol di wilayah kerja puskesmas Tapa............... 20
4.2 Uraian Kegiatan Magang........................................................................... 20
4.3 Identifikasi Masalah................................................................................... 22
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................ 23
BAB V... PEMBAHASAN................................................................................... 24
BAB VI.. PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................................ 27
6.2 Saran.......................................................................................................... 28
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 29
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Magang berdasarkan
Waktu........................................ 16
Tabel 4.1 Distribusi Kepadatan penduduk menurut
Desa....................................... 19
Tabel 4.3 Distribusi 10 Penyakit menonjol.............................................................. 20
Tabel 4.5 Distribusi Penderita Penyakit Diabetes
Melitus...................................... 22
Tabel 5.1 Distribusi Penderita Penyakit Diabetes
Melitus Berdasarkan Umur....... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum program magang bagi
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat adalah untuk memberi bekal
pengalaman dan keterampilan kerja praktis, penyesuaian sikap di dunia kerja
sebelum mahasiswa dilepas untuk bekerja sendiri. Program Studi Kesehatan
Masyarakat melaksanakan pola magang karena mengharapkan para lulusan mempunyai
kemampuan yang bersifat akademik dan profesional.
Magang adalah kegiatan mandiri
mahasiswa yang dilaksanakan di luar lingkungan kampus untuk mendapatkan
pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan bidang peminatannya melalui metode
observasi dan partisipasi. Kegiatan magang dilaksanakan sesuai dengan format
struktural dan fungsional pada instansi tempat magang baik pada lembaga
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat ( LSM ) mampu perusahaan swasta atau
lembaga lain yang relevan.
Pada periode magang Tahun 2014 ini
dilaksanakan pada instansi yang terkait dengan kesehatan, yakni Puskesmas yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas yang
dimaksud sebagai institusi tempat magang penulis, yaitu wilayah kerja Puskesmas Tapa kecamatan Tapa.
Berdasarkan
pengertian magang di atas, kegiatan magang ini sangat penting, sebagai bagian
dari proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan penyesuaian
sikap di lingkungan kerja dan kemampuan mengidentifikasi, merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi alternatife pemecahan masalah khususnya masalah
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan yang muncul di wilayah kerja
Puskesmas Tapa dalam hal ini untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara osial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992).
Sehat
menurut WHO 1947 UU. Pokok Kesehatan 1960 adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna, fisik, mental, sosial, yang tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan saja.
Perilaku
Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
Pola
kejadian penyakit pada saat ini telah mengalami perubahan yang di tandai dengan
transisis epidemiologi.Secara garis besar epidemiologi adalah perubahan pola
penyakit dan kematian yang semua didominasi oleh penyakit infeksi beralih ke
penyakit non infeksi(non-communicable disease) / penyalkit tidak menular.
Perubahan pola penyakit sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi (Pendidikan,
umur dan jenis kelamin), social ekonomi (pendapatan penduduk), dan social
budaya (adat istiadat).
Perubahan
pola penyakit tersebut telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Penyakit yang
tidak menular adalah penyakit yang dianggap tidak disebarkan dari seseorang
terhadap orang lain secara langsung, sebagian muncul ketika lahir, sedangkan
lainnya disebabkan oleh gaya hidup dan lingkungn, diantaranya adalah asma,
talasemia, autism, penyakit jantung, diabetes melitus, stroke, kengker.
Berdasarkan penyakit tersebut penyakit menular utama yang diakibatkan oleh gaya
hidup adalah penyakit jantung, stroke, kangker, dan diabetes melitus.
Status
kesehatan seseorang, kelompok maupun organisasidipengaruhi oleh 4 faktorutam,
yaitu factor lingkungan, factor gaya hidup, factor pelayanan kesehatan dan
factor hereditas. Kemajuan yang terjadi pada era globalisasi telah mengubah
cara pandang penduduk dunia dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak
sesui dengan gaya hidup sehat.peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit tidak menular setiap tahunnya semakin meningkat.
Menurut
data Badan Kesehatan Dunia /WHO (World
Health Organization), pada tahun 2002 diantara 57 juta kematian yang ada di dunia, 33,5 juta kematian
diakibatkan oleh penyakit tidak menular. Pada tahun 2004 estimasi kematian di
dunia akibat penyakit jantung iskemik sebesar 7,2 juta (12,6%), Cerebrovascular 5,5 juta (9,7%), Chronich abstructeve pulmonary disease
2,7 juta (4,8%), kangker paru 1,2 juta (2,2%), dan Diabetes Melitus 1 juta
(1,7%). Peningkatan angka kejadian penyakit tidak menular dari tahun sebelumnya dapat dilihat dari prevalensi
penyakit tidak menular di dunia pada tahun 2005 mencapai 61% . pada tahun 2007
lebih dari 35 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular,
diantaranya penyakit jantung ishkemik dan kanker.
Dari
tahun ke tahun angka kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular terus
meningkat. Melihat tingginya angka kejadian penyakit tidak menular di
Indonesia, pemerintah republic Indonesia telah menyusun strategi, kebijakan
pembangunan kesehatan baru. Kebijakan ini di dasarkan pada gerakan pembangunan
berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat. Menurut
departemen kesehatan gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan
kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari
kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Secara
umum tujuan program magang adalah untuk memperoleh pengalaman keterampilan,
penyesuaian sikap dan pengehayatan pengetahuan di dunia kerja dalam rangka
memperkaya pengetahuan dan keterampilan bidang ilmu kesehatan masyarakat. Serta
melatih kemampuan bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga
diperoleh manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat
magang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Secara
Khusus tujuan program magang ini adalah :
a)Mampu
mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi, system manajemen, prosedur
kerja dan ruang lingkup pelayanan di tempat magang (Puskesmas, Dinas Kesehatan,
Rumah sakit, Instansi terkait lainya milik pemerintah)
b) Menigkatkan
keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, menyusun
analisa penentuan prioritas masalah, analisis pelaksanaa program serta analisis
pelaksanaan monitoring dan evaluasi program.
c)Mampu
melakukan tindakan- tindakan standar yang umum dilaksanakan dalam bidang ilmu
kesehatan masyarakat , ditekankan pada bidang minat yang digeluti.
d) Mampu
bekerja dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh manfaat bersama
baik peserta magang maupun instansi tempat magang.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Magang Bagi Mahasiswa
a)Mendapatkan
pengalaman dan keterampilan di bidang manajemen dan teknis kesehatan masyarakat
b) Terpapar
dengan kondisi yang sesungguhnya dan pengalaman di intansi kesehatan dan atau
instansi lain yang releven
c)Mendapatkan
pengalaman menggunkan metode analisis masalah yang tepat terhadap pemecahan
permasalahan kesehatan masyarakat
d) Mendapat
bahan untuk penulisan karya ilmiah
1.3.2 Manfaat Magang Bagi Instansi
a) Institasi
dapat memafaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian tugas-tugas
kantor untuk kebutuhan di unit kerja masing-masing.
b) Institasi
mendapat alternative calon karyawan yang telah dikenal mutu dan kredibilitasnya
c) Mendapatkan
masukan baru dari pengembangan keilmuan di perguruan tinggi
d) Menciptakan
kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara tempat magang dengan
PS IKM UNG
1.3.3 Manfaat Magang Bagi Program Studi
a) Laporan
magang dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran
b) Memperkenalkan
program studi kepada instansi yang bergerak di bidang kesehatan
c) Mendapatkan
masukan yang berguna untuk penyempurnaa kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja
d) Terbinanya
jaringan kesrjasama dengan institusi tempat magang dalam upaya menigkatkan
keterkaitan dan kesepadanan antara subtansi daya manusia yang dubutuhkan dalam
pembangunan kesehtan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kelainan
metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di
tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam
urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau
adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes Melitus gestasional
(DMG) adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi karbohidrat terganggu)
maupun berat, terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung.
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi
karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali
dikenali selama masa kehamilan. Diabetes Melitus gestasional adalah
intoleransi karbohidrat dengan keparahan bervariasi dan awitan ataum pertama
kali diketahui saat hamil.
Jadi diabetes mellitus gestasional
adalah adalah difisiensi insulin ataupun retensi insulin pada ibu hamil
sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun berat
yang baru diketahui selama mengalami kehamilan.
2.2 Etiologi
Diabetes Melitus
Penyebab
Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO adalah :
2.2.1 DM
Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
a. Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan
sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan
antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran
sel-sel beta.
b.Faktor infeksi virus
Berupa
infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan Proses
autoimun pada individu yang peka secara genetic.
2.2.2 DM
Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi
obesitas pada individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari
dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia
kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
2.2.3 DM
Malnutrisi
a. Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi
karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga
klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide)
yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b.Protein Defisiensi Pancreatic
Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan
protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas.
2.2.4 DM
Tipe Lain
a. Penyakit pankreas seperti :
pancreatitis, Ca Pancreas dll
b.Penyakit hormonal
Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang
merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan
rusak
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus yaitu :
a. Faktor keturunan
Karena
adanya kelainan fungsi atau jumlah sel – sel betha
pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga
mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali dan
menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
b. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin
berkurang
Jumlah
glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jarinagan
perifer tergantung keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon yang
menurunkan glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
c. Kegemukan atau obesitas
Terjadi
karena hipertrofi sel beta pancreas dan hiperinsulinemia dan intoleransi
glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes mellitus dan insulin
insufisiensi relative.
d. Perubahan pada usia lanjut
berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia
lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.
2.3
Manifestasi Klinis
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba – tiba pada usia anak – anak
sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi insulin
dengan baik. Gejala – gejalanya antara lain adalah sering
buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan,
penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula
dalam darah dan air seni, cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20
tahun.
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan – lahan sampai menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada
tahap permulaannya seperti gejala pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat
lemah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus
menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada
penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang
berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan
anak – anak dan remaja.
Gejala – gejala tersebut sering terabaikan
karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah
ke saluran urine sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi
oleh semut adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah
penglihatan kabur, luka yang lam asembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur pada
saluran reproduksi wanita, impotensi pada pria.
2.4
Patofisiologi dan Komplikasi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan
glukosa/produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai
glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah
hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar
glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk
insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila
kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi
sehingga pasien banyak minum (polidipsi).
Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak
kalori sehingga nafsu makan meningkat (poliphagi). Akibat sel-sel starvasi
karena glukosa tidak dapat melewati membran sel, maka pasien akan cepat lewat.
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes
mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah
dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah :
2.4.1 Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan
akut dari suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan
oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata
(Smeltzer, 2002 : 1258)
2.4.2 Koma Hiperosmolar Nonketotik
(KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang
didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan
tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN.
2.4.3 Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
terjadi aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi
pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik).
Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu : (Long 1996) :
1. Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu
akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
b. Penyakit Mata (Katarak)
Penderita
Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan. Keluhan
penglihan kabur tidak selalui disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588).
Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjanganyang menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
c. Neuropati
Diabetes
dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom, Medsulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan metabolik lain dalam sintesa atau funsi myelin
yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (
Long, 1996 : 17)
2. Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat
kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan
kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah
akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung
koroner atau stroke.
b.
Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia
fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah
kulit yang mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku
yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus,
demikian juga pada daerah – daerah yang tekena trauma (Long,
1996 : 17)
c. Pembuluh darah otak
Pada
pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak
menurun (Long, 1996 : 17)
2.5 Gejala Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Sering di sebut Sebagai the Great
Imitator, Karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta
Menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat berfariasi. Diabetes Melitus
dapat tumbuh secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan
adanya perubahan seperti sering merasa haus, sering buang air kecil, sering
merasa lapar, dan berat badan menurun secara drastis.
Selain
Gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya badan terasa lemah, kurang
gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan, pada jari-jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun
bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan
keputihan. Terkadang ada sekelompok orang yang tidak sama sekali mengalami
gejala-gejala namun penyakit ini baru di ketahui secara kebetulan pada waktu “chek up” atau pada saat pemeriksaan
darah.
2.6 Pencegahan
Diabetes Melitus
Usaha
Pencegahan pada penyakit DM terdiri dari : Pencegahan primodial yaitu
pencegahan pada orang-orang yang masih sehat agar tidak memiliki factor resiko
untuk terjadinya DM. Pencegahan primer yaitu pencegahan pada mereka yang belum
terkena DM namun memiliki factor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk
terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM. Pencegahan sekunder yaitu mencegah
agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit. Dan pencegahan
tersier yaitu upaya mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun
sudah terjadi komplikasi.
2.6.1 Penceahan
Primodial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya
faktor predisposisi/resiko terhadap
penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih
sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko
yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya
pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan
mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan
sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat
diabetagenik.
2.6.2 Pencegahan
Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang
termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi
berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini harus
mengenal faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting
fungsinya untuk mencapai tujuan
tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk mengurangi faktor-faktor
tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk mengontrol gula darah,
perencanaan makan, mengurangi kegemukan, dan meningkatkan kegiatan jasmani.
a. Penyuluhan
Edukasi DM
adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM. Disamping
kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok
masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.
Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien DM adalah definisi penyakit
DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan
DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta
pemeliharaan kaki.
b. Latihan Jasmani
Latihan
jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang
peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak
berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Manfaat latihan
jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain:
- Memperbaiki metabolisme yaitu
menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah
- Meningkatkan
kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa
- Membantu menurunkan berat badan
- Meningkatkan kesegaran jasmani dan
rasa percaya diri
- Mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular
Latihan
jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
c.
Perencanaan
Pola Makan
Perencanaan
pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM. Seluruh
penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk
penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya
dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.
Perencanaan
makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM, meski sampai saat ini tidak
ada satupun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien, namun ada standar
yang dianjurkan yaitu makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat,
protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak = 20-25 %.
Jumlah
asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan diusahakan lemak
berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated
Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
status gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani.
2.6.3 Pencegahan
Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan
tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian
dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang
telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau
memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi dan
pengelolaan DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien
berobat.
1.
Diagnosis
Dini Diabetes Mellitus
Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan
dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa dalam
darah pasien yang umum dilakukan adalah
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah
setelah puasa.
Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara
70-110 mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan
darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang
diperiksa diambil dari pembuluh vena.
b. Pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu.
Jika kadar
glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka harus dilakukan test lanjut.
Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri
ataupun vena lebih dari 200 mg/dl.
c. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Test ini merupakan test yang lebih
lanjut dalam pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan
nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam <
140 mg/dl.
2. Pengobatan Segera
Intervensi
fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makanan dan latihan jasmani. Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang
diberikan yaitu pemberian secara oral atau disebut juga Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO dibagi menjadi 3 golongan
yaitu : pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid), penambah sensitivitas
terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penambah absobsi glukosa
(penghambat glukosidase alfa).
Selain 2
macam pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu
dengan memberikan kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi
kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan pemakaian OHO baik tunggal
maupun kombinasi.
2.6.4 Pencegahan
Tersier
Pencegahan
tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan
yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan
tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami
kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan
untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyakit
makroangiopati.
Dalam upaya
ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun
antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi
pasien untuk mengendalikan penyakit DM
BAB III
METODE KEGIATAN MAGANG
3.1 Lokasi dan Waktu Magang
Kegiatan magang
yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Semester 7
dilaksanakan selama 4 minggu, terhitung sejak tanggal 1 September 2014 sampai
dengan 30 September 2014. Waktu pelaksanaan magang dilakukan sesuai dengan hari
kerja efektif yang berlaku pada instansi yaitu dari Hari Senin sampai Sabtu,
dimana Hari Senin – Kamis dimulai dari pukul 08.00 – 13.00 WITA, Hari Jum’at
dimulai dari pukul 08.00 – 11.00 WITA dan Hari Sabtu dimulai dari pukul 08.00 –
12.00 WITA. Tempat pelaksanaan magang Wilayah kerja Puskesmas Tapa Kecamatan Tapa.
3.2 Tahapan Kegiatan Magang
Tahapan Kegiatan magang
Dapat Di lihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Rincian Kegiatan Magang Berdasarkan Waktu (Tahapan
Minggu)
Kegiatan
|
Minggu Ke-
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Persiapa dan
Pembekalan
|
||||
Pelaksaanaan
Mganag di institusi
|
||||
Supervisi
|
||||
Pembuatan
laporan
|
||||
seminar
|
3.3
Metode
Pelaksanaan Magang
Dalam pelaksanaan
kegiatan magang ini digunakan beberapa motede pendekatan yaitu :
1. Metode
Observasi, dalam metode ini mahasiswa magang turun langsung ke lapangan untuk
mengamati serta melihat keadaan yang sebenarnya terjadi di sekitar wilayah
kerja Puskesmas Tapa.
2. Metode
Wawancara, dimana mahasiswa melakukan dialog dan bertanya langsung dengan pihak
terkait yang ada dilapangan serta orang-orang yang terlibat langsung dalam
pelaksaan di lapangan dan bertanggung jawab terhadap semua masalah terkait di
lapangan.
3. Studi
Pustaka dimana Mahasiswa menggunakan berbagai literatur yang bisa memperkuat
isi tulisan, seperti buku, informasi dari media elektronik (internet) dan
berbagai literatur lain yang berkaitan dengan program-program Puskesmas.
BAB IV
HASIL PROGRAM MAGANG
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Tapa
4.1.1 Geografis dan Batas Wilayah
Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo yang didirikan pada tahun 1963 dengan
luas tanah + 1.800 M2 dengan luas bangunan puskesmas 419 M2 .
Letak geografis Puskesmas Tapa dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara :
Puskesmas Bulango Utara
Sebelah Timur :
Puskesmas Bulango Timur
Sebelah Selatan :
Puskesmas Bulango Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Bulango Utara
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah 7437 Jumlah penduduk
diwilayah kerja Puskesmas Tapa tahun 2013 berdasarkan data Kependudukan
Kecamatan berjumlah 7508 jiwa, dimana
penyebarannya di 7 desa belum merata,
secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel
4.1
Distribusi
Kepadatan Penduduk Menurut Desa
Di
Wilayah Kerja Puskesamas Tapa
Tahun
2013
Kelurahan
|
Penduduk
|
Persentase Penduduk (%)
|
Luas
(Km²)
|
Kepadatan Per Km²
|
||||
2012
|
2013
|
|||||||
2012
|
2013
|
|||||||
2012
|
2013
|
|||||||
Talumopatu
|
1881
|
1881
|
23.71
|
23.71
|
1.39
|
1281
|
1281
|
|
Talulobutu
|
1030
|
1030
|
14.46
|
14.46
|
0.80
|
1356
|
1356
|
|
Talulobutu Selatan
|
702
|
702
|
9.34
|
9.34
|
0.75
|
935
|
935
|
|
Kramat
|
1063
|
1063
|
15.30
|
15.30
|
0.85
|
1352
|
1352
|
|
Dunggala
|
1306
|
1306
|
17.94
|
17.94
|
4.01
|
332
|
332
|
|
Langge
|
966
|
966
|
13.04
|
13.04
|
7.80
|
126
|
126
|
|
Meranti
|
489
|
489
|
100%
|
100 %
|
100%
|
5382
|
5382
|
Sumber Data : SP2TP 2013
Ratio kepadatan penduduk diwilayah kerja Puskesmas Tapa menunjukkan bahwa
tingkat persebaran penduduk antar kelurahan berbeda dimana tampak penduduk
terkonsentrasi di Desa Talumopatu dan Desa dunggala
Kepadatan penduduk diwilayah kerja Puskesmas Tapa tahun 2013 adalah 5382 jiwa per kilometer
persegi, terpadat di Desa Talumopatu dan terendah kepadatannya adalah Desa
meranti seperti yang terdapat dalam
lampiran tabel 1 profil.
4.1.3 Visi dan Misi
VISI :
”Menjadi pelayan setia dan mitra unggul menuju terwujudnya Bone Bolango
Sehat Mandiri Dan Berkeadilan”.
MISI :
1.
Menggerakkan pembangunan Kota Gorontalo berwawasan
kesehatan
2.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3.
Memelihara dan meningkatkan pelayanan yang bermutu
merata dan terjangkau
4.
Meningkatkan manajemen Sumber daya kesehatan
4.1.4
10 Penyakit Menonjol di wilayah Kerja Puskesmas Tapa
10
Penyakit Menonjol Di Puskesmas Tapa Pada Tahun 2013 Dapat Di Lihat Pada Tabel 2
Berikut
Tabel 4.3
Distribusi 10
Penyakit Menonjol
Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tapa
Tahun 2010
No
|
Jenis Penyakit
|
Kode
|
Jumlah
|
1
|
ISPA/ cc
|
J 069
|
2479
|
2
|
Alergi
|
189
|
913
|
3
|
Hipertensi
|
110
|
766
|
4
|
Diare
|
A091
|
456
|
5
|
Gastritis
|
K 29.7
|
658
|
6
|
Gout
|
M 109
|
342
|
7
|
Periodental
|
K 05.4
|
547
|
8
|
OA
|
M 154
|
310
|
9
|
Mialgia
|
M 79.1
|
171
|
10
|
Abses
|
1029
|
217
|
Sumber : Data Sekunder
Puskesmas Tapa Tahun 2013
Berdasarkan
tabel 2 dapat disimpulkan bahwa penyakit yang tertinggi adalah penyakit ISPA
atau cc(Commond Cold) dengan jumlah
2479 jiwa dari 7508 jiwa
Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Tapa, dan kasus yang terendah yakni
penyakit Mialgiadengan jumlah kasus kasus sebesar 171 kasus.
4.2 Uraian Kegiatan Magang
Berikut ini
adalah uraian kegiatan magang yang telah saya lakukan selama magang yaitu di
mulai dari tanggal 1 – 30 september 2014 atau selama satu bulan. Di Puskemas
ini kami tidak tetap di dalam ruangan sering diakukan roliing tempat oleh
pembimbing yaitu Kepala Puskesmas sendiri.
1.
Minggu
I (Pertama)
a. Pembagian
Tugas
b. Melayani
Pasien dalam Pembuatan Registrasi
c. Menginput
nama-nama Pasien secara Online
d. Mengikuti
sosialisasi tentang Asi Eksklusif
e. Ikut
serta dalam memberikan bantuan terhadap seluruh sekolah kecamatan tapa yang
memiliki UKS.
f. Mengikuti
Posyandu desa Talulobutu
g. Mengikuti
sosialisasi KIA
2.
Minggu
II (Kedeua)
a. Membuat
surat rujuan untuk pasien
b. Menginput
nama-nama pasien secara online
c. Mengikuti
posyandu desa langge
d. Mengikuti
posyandu desa kramat
e. Mengikutu
Posyandu desa dunggala
f. Mengikuti
MMD (Musyawara Masyarakat Desa) langge
g. Mengikuti
posyandu desa Meranti
3.
Minggu
III (Ketingga)
a. Melayani
pasien dalam pembuatan registrasi
b. Menginput
nama-nama pasien secara online
c. Mengambil
data dari pasien dengan mengisi data skrining (BPJS)
4.
Minggu
ke IV (Ke Empat)
a. Membuat
surat Rujukan untuk Pasien
b. Menginput
nama-nama pasien secara online
c. Menulis
nama-nama pasien yang berobat ke dalam buku registrasi
d. Mengambil
data dari pasien dengan mengisi data Skrining (BPJS)
4.3 Identifiksai Masalah
Tabel 4.5
Distribusi Penderita Penyakit Diabetes Melitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tapa
Tahun 2014
NO
|
NAMA PENDERITA
|
JK
|
1
|
D
N
|
L
|
2
|
R
T
|
P
|
3
|
M
M
|
P
|
4
|
H
H
|
P
|
5
|
J
P
|
L
|
6
|
U
R
|
L
|
7
|
H
G
|
L
|
8
|
M
K
|
P
|
9
|
Y
T
|
P
|
10
|
M
S
|
P
|
11
|
M
H
|
P
|
12
|
A
N
|
L
|
13
|
H
H
|
L
|
14
|
H
G
|
P
|
15
|
HI
|
P
|
Sumber
: Data Sekunder Puskesmas Tapa Tahun 2014
Berdasarkan
kegiatan magang yang kami lakukan selama satu bulan di Puskesmas Tapa, maka
penulis dapat mengambil satu masalah tentang Gambaran mengenai tingkat
pengetahuan dan gaya hidup masyarakat yang berhubungan dengan kejadian Diabetes
Melitus.
Data
dari Puskesmas tapa pada tahun 2014 Diabetes melitus termasuk dalam penyakit
yang banyak di derita oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas
tapa.
Data
terakhir yang diperoleh dari puskesmas tapa dan juga data yang di dapat dari
kegiatan prolanis yang sering dilakukan oleh pegawai puskesmas terdapat 15
orang yang menderita penyakit Diabetes Melitus. Masyarakat banyak yang masih
belum mengetahui penyebab serta gaya hidup yang dapat menurunkan resiko terkena
penyakit Diabetes Melitus, dan kebanyakan masyarakat mengira bahwa
gejala-gejala yang di muncul akibat penyakit ini hanyalah hal yang biasa.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Adapun
alternative dalam mengurangi resiko terkena penyakit diabetes mellitus dengan
mengubah gaya hidup yang sederhana tapi sehat.karena dengan melakukan perubahan
sederhana dalam gaya hidup dapat meningkatkan kualitas hidup.
Kemiungkinan
yang dapat dilakukan dalam menekan resiko diabetes adalah sebagai berikut :
1.
Berolahraga secara teratur karena dengan
melakukan latihan fisik dapat membantu tubuh meningkatkan sensitifitas hormone
insulin yang membantu kadar gula darah agar tetap normal.
2.
Menurunkan berat badan bagi orang yang
mengalami kegemukan, karena kebanyakan orang yang gemuk beresiko tinggi terkena
Diabetes Melitus.
3.
Menjaga pola makan yang sehat yaitu
dengan mengurangi konsumsi gula yang berlebihan dan memperbanyak asupan gula
dan sayur yang beragam. Hindari mengonsumsi makanan yang mengandung asam lemak
trans yang banyak mengandung pada produk makanan olahan cepat saji.
4.
Menghindari Rokok, rokok selain erat
kaitannya dengan Diabetes melitus juga dapat memicu penyakit jantung dan
kangker paru-paru. Merokok dapat menurunkan kemampuan tubuh kita untuk
memenfaatkan hormone pengatur gula darah.
5.
Rutin cek kesehatan, karena dengan
mengecek kesehatan kita dapat mengetahui kondisi kadar gula darah dan tekanan
darah kita.
BAB V
PEMBAHASAN
Diabetes Melitus (DM)
adalah penyakit kelainan metabolic yang dikarakteristikkan dengan kadar gula
darah yang tinggi ( hiperglikemia),
serta kelainan metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin
maupun keduanya. Diagnosis penyakit diabetes melitus selain berdasarkan aspek
klinis yang meliputi anamesis dan pemeriksaan fisik, sangatlah diperlukan
pemeriksaan menunjang yaitu berupa pemeriksaan laboratoriu sederhana seperti pemeriksaan gula darah.
Diabetes
ilitus merupakan suatu peyakit kronis yang memerlukan suatu terapi medis secara
berkelanjutan. Pada masyarakat luas penyakit ini di kenal dengan penyakit gula
atau kencing manis.
Diabetes
Melitus dapat mengekibatkan berbagai macam komplikasi yang serius pada organ
tubuh seperti mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Untuk mencegah
komplikasi yang lebih serius adalah dengan diagnosis dini Diabetes Melitus agar
dapat diberikan intervensi lebih awal. Pemeriksaan laboratorium bagi penderita
Diabetes Melitus diperlukan untuk menegakan diagnosis serata memeonitor terapi
dan timbulnya komplikasi.
Penyakit
diabetes melitus adalah penyakit yang paling banyak menyerang orang dewasa
terutama lansia. Dimana dapat menyebabkan menurunnya derajat kesehatan bagi
penderita diare.
Tabel
5.1
Distribusi Penderita
Penyakit Diabetes Melitus
Berdasarkan Umur
Penderita
Di wilayah Kerja Puskesmas Tapa
Tahun 2014
NO
|
UMUR
|
JENIS KELAMIN
|
TOTAL
|
|
L
|
P
|
|||
1
|
20-44
|
2
|
7
|
9
|
2
|
45-54
|
28
|
18
|
46
|
3
|
55-59
|
3
|
3
|
6
|
4
|
60-69
|
15
|
6
|
21
|
5
|
>70
|
3
|
2
|
5
|
Jumlah
|
51
|
36
|
87
|
Sumber : Data Sekunder
Puskesmas Tapa Tahun 2014
Berdasarkan
data terbaru diatas yang telah diketahui bahwa
pada tahun 2014 jumlah penderita Diabetes sebanyak 87 orang, yang paling
banyak di terkena resiko adalah usia di atas 20 tahun. Dan paling tinggi
terkena resiko diabetes dengan jenis kelamin laki-laki. Penyebab terjadinya
resiko diabetes adalah penggunaan bahan makanan yang terlalu manis dan juga
banyak mengonsumsi makanan cepat saji.
Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai penyebab diabetes melitus dan gaya hidup
masyarakat yang tidak terlalu mementingkan pola makannya dapat enjadi factor
utama dalam terjadinya resiko terkena penyakit Diabetes Melitus.
Untuk
menanggulangi semakin tingginya resiko masyarakat yang terkena Diabetes Melitus
dengan cara mengetahui penyebab meningkatnya kadar glukosa darah dan juga
merubah gaya hidup masyarakat yang tidak mementingkan pola makan, maka lebeih
memperhatikan pola makan dan juga asupan yang akan diserap oleh tubuh seperti
mengurangi mekan makanan yang terlalu manis dan juga memperbanyak aktifitas fisik tubuh agar kadar
glukosa dalam darah tetap dalamkeadaan normal.
Banyknya
penderita Diabetes Melitus juga dikarenakan kesadaran masyarakat yang
menganggap bahwa gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini merupakan hal
yang wajar sehingga banyak masyarakat yang tidak ingin memeriksakan dirinya
lebih awal karena menganggap remeh penyakit ini.
Penyakit
diabetes melitus bukan hanya karena gaya hidup yang tidak diperhatikan tetapi
penderita diabetes juga bisa karena riwayat diabetes melitus pada keluraga dan di tambah pulah
tidak melakukan gaya hidup yang sehat.
Pengelolaan
bahan makanan mulai dari mulut hingga ke
lambung Didalam saluran pencernaan makanan
dipecah menjadi bahan dasar makanan karbohidrat menjadi glukosa, protein
menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan
diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh
tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar
dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu kedalam sel
supaya dapat diolah yang akhirnya adalah timbulnya energi yang disebut dengan
proses metabolisme. Dalam proses metabolism itu insulin memegang peran yang
sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel untuk selanjutnya
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta dipankreas.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel
beta tadi dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, kemudian didalam
sel glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa
tidak dapat masuk kedalam dengan akibat glukosa akan tetap berada didalam
pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam meningkat. Dalam keadaan seperti
itu badan akan menjadi lemah tidak ada sumber energi didalam sel. Pada keadaan
tadi jumlah insulin yang kurang, meskipun insulin banyak, tetapi karena reseptor
kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan
glukosa dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat.
Diabetes Melitus dapat terjadi
komplikasi dengan penyakit lain ini dikarenakan kurangnya kesadaran penderita
diabetes dalam menjaga kesehatannya sehingga dapat terjadi komplikasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Diabetes
melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin
atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia)
dan glukosa dalam urine (glukosuria).
2. Diabetes mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia.
3. Diabetes mellitus
gestasional adalah adalah difisiensi insulin ataupun retensi insulin pada ibu
hamil sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun
berat yang baru diketahui selama mengalami kehamilan.
4. Diabetes
mellitus ada beberapa jenis yaitu DM tipe I. DM tipe II, DM Malnutrisi, DM tipe
lain.
5.
Komplikasi
diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik.
6. Diabetes Melitus Sering di sebut
Sebagai the Great Imitator, Karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta Menimbulkan berbagai macam
keluhan dan gejalanya sangat berfariasi.
7. Diabetes Melitus dapat tumbuh secara
perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti
sering merasa haus, sering buang air kecil, sering merasa lapar, dan berat
badan menurun secara drastis.
Cara Untuk Menekan
Resiko terkena Diabetes mellitus
1. Berolahraga
secara teratur karena dengan melakukan latihan fisik dapat membantu tubuh
meningkatkan sensitifitas hormone insulin yang membantu kadar gula darah agar
tetap normal.
2. Menurunkan
berat badan bagi orang yang mengalami kegemukan karena kebanyakan orang yang
gemuk lebih beresiko terkena Diabetes Melitus.
3. Menjaga
pola makan yang sehat yaitu dengan mengurangi konsumsi gula yang berlebihan dan
memperbanyak asupan gula dan sayur yang beragam. Hindari mengonsumsi makanan
yang mengandung asam lemak trans yang banyak mengandung pada produk makanan
olahan cepat saji.
4. Menghindari
Rokok, rokok selain erat kaitannya dengan Diabetes melitus juga dapat memicu
penyakit jantung dan kangker paru-paru. Merokok dapat menurunkan kemampuan
tubuh kita untuk memenfaatkan hormone pengatur gula darah.
5. Rutin
cek kesehatan, karena dengan mengecek kesehatan kita dapat mengetahui kondisi
kadar gula darah dan tekanan darah kita.
6.2 Saran
Melalui laporan ini penulis memberikan saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi Puskesmas dalam menanggulangi masalahDiabetes
Melitus, yaitu:
1. Meningkatkan
komitmen dengan Dinas Kesehatan dalam menangani Masalah Diabetes Melitus yang ada dikecamatan Tapa.
2. Meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pasien baik secara umum maupun secara khusus.
3. Meningkatkan
kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat seperti :
a. Mengurangi
makan makanan yang manis
b. Rajin
melakukan aktifitas fisik
c. Tidak
mengonsumsi makanan yang cepat saji
d. Menghindari
Rokok
e. Menjaga
Berat badan agar tidak mengalami obesitas yang dapat beresiko Diabetes
f. Cek
kesehatan secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Team
Teaching Magang. 2014. Buku Pedoman
Magang Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.
Gorontalo: UNG
Tim
Penyusun. 2013.Profil Kesehatan Puskesmas
Tapa. Kabupaten Bone Bolango. Kota
Gorontalo
Ali, Z., 2001, Dasara Dasar Keperawatan Profesional.
Penerbit Widya Medika, Jakarta.
Brockopp
dan Tolsma, 2000.Dasar-Dasar Riset
Keperawatan Penderita buka Kedokteran EGC, Jakarta.
Depkes,
1981.Diabetes Melitus, Diagnosa dan
Pengelolaan Penderita, jakarata.
Dikes
Provinsi, 2008. Data Kejadian Diabetes
Melitus, Provinsi Gorontalo.
Effendi,
N., 1998.Dasar Dasar Keperawatan
Kesehatan Masyarakat, buku Kedokteran EGC, Jakarta
Ester, 1998.Diabetes Melitus, Diagnosis, pengobatan,
pencegahan dan pengendalian edisi 2, Kedokteran EGC Jakarta
Casino Site | No Deposit Bonus | LuckyClub
BalasHapusIf you're a fan of slots and video poker, you want to see what our experts have to say about the industry's luckyclub new online slot machines and casino sites.